Hening di Mandala Ketujuh Pura Penataran Agung Besakih
Salam Rahayu....
Sebelum menuju ke Pura Besakih biasanya kami melaksanakan persembahyangan di Pura Ulun Danu Batur tepatnya di jalan Kintamani, Batur Selatan , Kab.Bangli. Berangkat dari Denpasar kami tempuh perjalanan santay hampir 2 jam melalui jalur Penatih - Batubulan - Celuk - Batuan - Sakah - Mas ( Ubud ) - Pejeng - Sanding - Tampasksiring - Manukaya - Bangli ( Kintamani ), kami pilih jalur yang tidak terlalu padat dengan jalanan yang lebih lebar. Sepanjang perjalanan kami melewati beberapa obyek wisata seperti Goa Gajah, Museum Pejeng, Tirta Empul dan Mengening ( posisi di kanan bawah Tirta Empul ).
PURA ULUN DANU BATUR
Berikut sekilas tentang Pura Ulun Danu yang saya copas dari Wikipedia Pura Ulun Danu Batur :
Pura Ulun Danu Batur |
"Pura Ulun Danu Batur (juga dikenal sebagai "Pura Batur" atau "Pura Ulun Danu") adalah Pura yang terletak di pulau Bali, Indonesia . Sebagai salah satu Pura Kahyangan Jagat, Pura Ulun Danu Batur adalah salah satu dari pura terpenting di Bali yang bertindak sebagai pemelihara harmoni dan stabilitas seluruh pulau.
Pura Ulun Danu Batur mewakili arah Utara dan didedikasikan untuk dewa Wisnu dan dewi lokal Dewi Danu, dewi Danau Batur, danau terbesar di
Setelah melaksanakan persembahyangan di Pura Ulun Danu Batur, kami melanjutkan perjalanan menuju Pura Besakih via jl. Batur Tengah yang disuguhi suasana hutan dan jalur pedesaan, jika perjalanan di malam hari biasanya jalur ini berkabut.
PURA PENATARAN AGUNG BESAKIH
Pura Penataran Agung |
Kompleks Pura Besakih dibangun berdasarkan keseimbangan alam dalam konsep Tri Hita Karana, dimana penataannya disesuaikan berdasarkan arah mata angin agar struktur bangunannya dapat mewakili alam sebagai simbolisme adanya keseimbangan tersebut.
Masing-masing-masing-masing arah mata angin disebut mandala dengan dewa
penguasa yang disebut “Dewa Catur Lokapala” dimana mandala tengah sebagai
porosnya, sehingga kelima mandala dimanifestasikan menjadi “Panca Dewata”.
Penjabaran struktur bangunan Pura Besakih berdasarkan konsep arah mata angin tersebut, adalah :
1. Pura Penataran Agung Besakih sebagai pusat mandala di arah Tengah dan merupakan pura terbesar dari kelompok pura yang ada, yang ditujukan untuk memuja Dewa Çiwa;
2. Pura Gelap pada arah Timur untuk memuja Dewa Içwara;
3. Pura Kiduling Kereteg pada arah Selatan untuk memuja Dewa Brahma;
4. Pura Ulun Kulkul pada arah Barat untuk memuja Dewa Mahadewa;
5. Pura Batumadeg pada arah Utara untuk memuja Dewa Wisnu- MANDALA PERTAMA ---> Babad Bali - Mandala Pertama
- MANDALA KEDUA --> Babad Bali Mandala Kedua
- MANDALA KETIGA --> Babad Bali Mandala Ketiga
- MANDALA KEEMPAT --> Babad Bali Mandala Keempat
- MANDALA KELIMA --> Babad Bali Mandala Kelima
- MANDALA KEENAM dan KETUJUH
Berikut sekilas penjelasan terkait Mandala 6 dan 7 yang saya dapat dari situs Babad Bali
Mandala Keenam ( 6 ) :
Pada Mandala ini terdapat hanya dua gedong yang melambangkan penciptaan Hyang Widdhi yang pertama, yaitu Rwa Bhinneda.
Karena itu kedua pelinggih gedong ini disebut sebagai pelinggih Rwa Bhinneda. Disebut pula sebagai Pelinggih Purusa- Pradana. Mandala keenam ini melambangkan cikal bakal kehidupan.
Bentuk pertama yang tercipta setelah kesunyian alam kosong adalah Rwa Bhinneda ini, dari sini lah terbentang alam semesta. Sampai kapan pun Rwa Bhinneda tetap menjiwai tetap ciptaan di jagat raya.
Mandala Ketujuh ( 7 ) :
"Di Mandala paling atas, ada bidang yang dibiarkan kosong, tidak ada pelinggihnya. Itulah Mandala ke tujuh, lambang kekosongan alam sunya. Memang tidak luas, ditumbuhi rumpun bambu sumpit.
Bagi para spiritualis, Mandala ketujuh ini melambangkan alam akhir yaitu sesudah segalanya di-pralina (lenyap sempurna), sekaligus awal sebelum adanya penciptaan, karena kehidupan berputar tanpa henti."
Kebetulan beberapa kali kami melaksanakan persembahyangan di Mandala Keenam dan Ketujuh kami pilih di malam hari, saat Hari Raya Siwa Ratri tahun 2024 ini kami melaksanakan persembahyangan tepat pukul 00.00 Wita. Diawali dengan puja Trisandhya, Panca Kramaning Sembah dan dilanjutkan dengan Japa Mantra kehadapan Dewa Siwa.
Memang tidak banyak yang melaksanakan persembahyangan di mandala ini, membuat suasana lebih hening untuk Meditasi dengan udara yang sejuk dingin di malam hari. Suasana disini benar - benar hening dan mebuat betah untuk duduk meditasi atau japa mantra. Alam kosong identik dengan makna dari Siwa itu sendiri.
Menurut pandangan saya sendiri Pura Penataran Agung memberikan makna tersendiri bagi perjalanan hidup ini dimulai dari Mandala Pertama dimana kita mulai melepaskan sedikit demi sedikit ikatan keduniawian, berlanjut perjalanan ke Padmasana Tiga memberi saya konsep tentang keselarasan Sabda ( Ucapan ) - Bayu ( Tenaga ) - Idep ( Pikiran ) yang harmonis ( disimbolkan dengan aksara suci Ang - Ung - Mang .....Siwa.....Sada Siwa.... Parama Siwa.....)
Disinilah bersatunya Bapak dan Ibu dalam nafas kita, nafas masuk dan nafas keluar yang harus kita syukuri dan sadari.
Sekian dulu dari saya tulisan ini......
Rahayu....
Komentar