Karinding Attack
Karinding Attack
"Membangun Rasa Cinta Terhadap Budaya Di Kalangan Anak Muda"
Sampurasun....
Kurang lebih begitu struktur judul post ini saya susun, semangat cinta budaya harus mulai digalang dari anak muda sebagai generasi penerus. Kontek Budaya sangat luas bisa berupa seni tradisi ( musik, gerak, tutur, atau tulisan dan gambar ) dan Budaya Pop / Modern. Nah untuk mengimbangi budaya pop karena unsur - unsur budaya luar tidak ada salahnya kita membangun akar / jatidiri di dalam diri kita dengan budaya sendiri yang sudah tertanam dalam gen kita. Budaya Sunda mulai terangkat kembali semenjak boomingnya media - media lokal atas semangat UU penyiaran 2002, tentunya ini mempunyai efek yang kuat. Segala bentuk seni yang awalnya jarang ter-ekspose dan hanya disaksikan sebagian orang akhirnya mulai di-ekspose media. Tentunya ini menimbulkan rasa penasaran dan kegelisahan mendalam di benak anak - anak muda. Akhirnya anak - anak muda sekarang tidak malu - malu lagi memakai atribut budaya nya sendiri, saya ambil contoh iket sunda, baju pangsi, pin atau atribut - atribut berbetuk kujang sampai alat musik dari bambu yang dipopulerkan kembali oleh anak - anak muda pecinta underground yaitu Karinding. Menyimak musik - musik mereka saya teringat kembali dengan band metal terkenal Sepultura atau Soulfly yang kerap memasukkan unsur - unsur musik Indian Brazil ke dalam musiknya. Mereka pun berani kenapa kita tidak berani. Berikut saya akan mengupas mengenai group / kelompok pemusik yang menamakan dirinya Karinding Attack, dengan bahan - bahan saya ambil dari berbagai sumber.
Karinding Attack beranggotakan Man Jasad (lead vocal, karinding), Kimung (celempung indung, backing vocal), Mang Okid (gong tiup), Mang Zimbot (suling, backing vocal), Mang Hendra (celempung anak, backing vocal), Mang Yuki (saluang), Mang Jawis (lead karinding), Mang Papay (celempung renteng) dan Ki Amenk (lead karinding). Karinding Attack, juga dikenal dengan Karat, adalah musik band menggunakan semua instrumen bambu. Band ini didirikan pada bulan Maret 2009 dengan 9 (sembilan) anggota pendiri. Para anggota pendiri yang dikenal dalam gerakan masyarakat underground '(Ujungberung Rebels) dan / atau anggota dari band metal. Dalam sebuah sesi pertemuan mingguan yang dijadwalkan untuk mengakomodasi orang-orang yang tertarik untuk belajar baik sejarah di balik instrumen dan cara bermain instrumen itu sendiri. Commonroom, ruang publik di Bandung, mendukung kegiatan ini dengan menyediakan kelompok dengan tempat dijadwalkan untuk latihan. ( sumber : http://karindingattack.com/profile ).
"Membangun Rasa Cinta Terhadap Budaya Di Kalangan Anak Muda"
Sampurasun....
Kurang lebih begitu struktur judul post ini saya susun, semangat cinta budaya harus mulai digalang dari anak muda sebagai generasi penerus. Kontek Budaya sangat luas bisa berupa seni tradisi ( musik, gerak, tutur, atau tulisan dan gambar ) dan Budaya Pop / Modern. Nah untuk mengimbangi budaya pop karena unsur - unsur budaya luar tidak ada salahnya kita membangun akar / jatidiri di dalam diri kita dengan budaya sendiri yang sudah tertanam dalam gen kita. Budaya Sunda mulai terangkat kembali semenjak boomingnya media - media lokal atas semangat UU penyiaran 2002, tentunya ini mempunyai efek yang kuat. Segala bentuk seni yang awalnya jarang ter-ekspose dan hanya disaksikan sebagian orang akhirnya mulai di-ekspose media. Tentunya ini menimbulkan rasa penasaran dan kegelisahan mendalam di benak anak - anak muda. Akhirnya anak - anak muda sekarang tidak malu - malu lagi memakai atribut budaya nya sendiri, saya ambil contoh iket sunda, baju pangsi, pin atau atribut - atribut berbetuk kujang sampai alat musik dari bambu yang dipopulerkan kembali oleh anak - anak muda pecinta underground yaitu Karinding. Menyimak musik - musik mereka saya teringat kembali dengan band metal terkenal Sepultura atau Soulfly yang kerap memasukkan unsur - unsur musik Indian Brazil ke dalam musiknya. Mereka pun berani kenapa kita tidak berani. Berikut saya akan mengupas mengenai group / kelompok pemusik yang menamakan dirinya Karinding Attack, dengan bahan - bahan saya ambil dari berbagai sumber.
Karinding Attack beranggotakan Man Jasad (lead vocal, karinding), Kimung (celempung indung, backing vocal), Mang Okid (gong tiup), Mang Zimbot (suling, backing vocal), Mang Hendra (celempung anak, backing vocal), Mang Yuki (saluang), Mang Jawis (lead karinding), Mang Papay (celempung renteng) dan Ki Amenk (lead karinding). Karinding Attack, juga dikenal dengan Karat, adalah musik band menggunakan semua instrumen bambu. Band ini didirikan pada bulan Maret 2009 dengan 9 (sembilan) anggota pendiri. Para anggota pendiri yang dikenal dalam gerakan masyarakat underground '(Ujungberung Rebels) dan / atau anggota dari band metal. Dalam sebuah sesi pertemuan mingguan yang dijadwalkan untuk mengakomodasi orang-orang yang tertarik untuk belajar baik sejarah di balik instrumen dan cara bermain instrumen itu sendiri. Commonroom, ruang publik di Bandung, mendukung kegiatan ini dengan menyediakan kelompok dengan tempat dijadwalkan untuk latihan. ( sumber : http://karindingattack.com/profile ).
Karinding Attack / Karat gambar dan logo diambil dari berbagai sumber di internet |
Album mereka berjudul Gerbang Kerajaan Serigala dirilis pada sekitaran Maret 2012 dan mendapat perhatian yang sangat baik bagi pecinta musik dan budaya sunda. Album ini berisikan lagu dengan full instrumen karinding didalamnya tersajikan dengan lirik bahasa indonesia dan sunda. Beberapa lagu tersebut seperti Hampura Ema, Hampura ema part 2, Ririwa Di Manamana, Kawih Pati, Lagu Perang, Yaro Tahes, Maaf!, Lapar Ma! , Sia Sia Asa Aing, Gerbang Kerajaan Serigala, Wasit Kehed, Nu Ngora Nu Nyekel Kontrol, Burial Buncelik, Dadangos Bagong, track pembuka berjudul Bubuka kombinasi Rajah Sunda, Karinding dan Gayatri Mantram.
Rajah Bubuka dan Gayatri Mantram merupakan kolaborasi yang dibawakan Trie Utami ,Budi Dalton, dengan alunan pirigan karinding dan waditra-waditra. Selamat menikmati album Karinding Attack.
Karinding ,waditra karuhun Sunda itu semakin berkembang terutama setelah dikawal oleh Abah Olot dari Parakan Muncang pada pertengan tahun 2000-an. Banyak kekayaan intelektualitas di balik kesederhanaan bentuknya. Terbagi menjadi tiga bagian (Pancepengan, Cecet Ucing, dan, Paneunggeulan), karinding merefleksikan nilai dan ajaran tentang yakin, sadar, dan sabar.
Tentang Karinding ( http://id.wikipedia.org/wiki/Karinding )
Karinding merupakan salah satu alat musik tiup tradisional Sunda. Ada beberapa tempat yang biasa membuat karinding, seperti di lingkung Citamiang, Pasirmukti, (Tasikmalaya), Lewo Malangbong, (Garut), dan Cikalongkulon (Cianjur) yang dibuat dari pelepah kawung (enau). Di Limbangan dan Cililin karinding dibujat dari bambu, dan yang menggunakannya adalah para perempuan, dilihat dari bentuknya saperti tusuk biar mudah ditusukan di sanggul rambut. Dann bahan enau kebanyakan dipakai oleh lelaki, bentuknya lebih pendek biar bisa diselipkan dalam wadah rokok. Bentuk karinding ada tiga ruas.
Cara memainkannya : Karinding disimpan di bibir, terus tepuk bagian pemukulnya biar tercipta resonansi suara. Karindng biasanya dimainkan secara solo atau grup (2 sampai 5 orang). Seroang diantaranya disebut pengatur nada anu pengatur ritem. Di daerah Ciawi, dulunya karinding dimainkan bersamaan takokak (alat musik bentuknya mirip daun).Secara konvensional menurut penuturan Abah Olot nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada 4 jenis, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.
Demikian dapat kami rangkum, semoga bermanfaat.........
Cag......
Rampes........
Hatur Nuhun
Komentar