Pura Ulun Danu Batur
Hari itu kami berangkat Tirta Yatra menuju Pura Ulun Danu Batur yang terletak di desa Pakraman Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Perjalanan lewat jalur tengah melewati Ubud menuju ke utara dengan pemandanganya yang indah serta jalanya yang mulus. Setelah melewati hutan pinus kami pun sampai lokasi Pura memasuki jalan raya berpaving. Setelah kendaraan parkir dan menyiapkan sarana persembahyangan kami pun menuju pura.
Komplek Pura sangat megah dan luas terbagi atas tiga bagian dengan pengaturan taman nan indah. Pada bagian tengah sebelum masuk bagian utama kita disuguhkan pemandangan halaman nan luas dengan taman yang indah. Area utama Pura tidak kalah menariknya dan sangat luas dengan bangunan meru serta pelinggih nan gagah.
Persembahyangan hari itu dipimpin langsung oleh pemangku karena kami menghaturkan pejatian dan penglukatan. Para pemangku di pura ini yang memimpin persembahyangan tergolong sangat muda dan sangat fasih melantunkan doa doa suci. Setelah prosesi ngaturang Pejatian dan mlukat nyuh gading kami pun menuju Meru tumpang pitu / tujuh yang terletak di belakang. Dan prosesi terakhir kami ngaturang sodaan di pelinggih Ratu Subandar kebetulan hari itu ada warga tionghoa yang melakukan persembahyangan juga.
Berikut sekilas sejarah tentang Pura Ulun Danu Batur yang saya baca dari brosur yang saya dapat sambil menunggu pemangku rauh / datang.
Pura Ulun Danu Batur adalah sebuah Pura yang merupakan parhyangan utama dari Bhatari Hyang Dewi Danuh, yang dimuliakan dan dipuja oleh semua umat Hindu Dharma di seluruh Bali beliau distanakan dan dipuja sebagai dewatanya dewa kemakmuran,
gemah ripah loh jinawi yang termanifestasikan pada Bhatara Hyang Tirthamasmapeh yang merupakan inti dari kehidupan
tiga dunia.
Tersebutlah pada masa yang lalu, Pura Ulun Danu Batur terletak di kaki Gunung Batur, tepatnya disebelah barat daya kaki Gunung Batur menghadap gunung dan danau Batur yang dikenal bernama Sinarata.
Ketika pada suatu waktu diantara zaman kali Sangara dan Dwapara Yuga, terjadilah marabahaya yang sangat dahsyat dengan meletusnya Gunung Batur tahun 1926 Masehi ( Isaka 1848 ) yang menghancurkan seluruh wilayah Batur seperti Tampurhyang, Campaga, Sinarata dan yang lainnya. Hal tersebut menyebabkan masyarakat Batur sangat kebingungan dan tidak tau apa yang harus diperbuat. Mereka semua lari meninggalkan tempat untuk menyelematkan diri. Dalam hal ini tidak ketinggalan pula masyarakat di Sinarata mengungsi ke tempat tempat aman dengan membawa semua pratima, pajenengan dan sebagainya. Akhirnya mereka sampai di Desa Bayung Gede, disanalah semua pratima dan pajenengan disimpan dan diselamatkan di Pura Desa Bayung Gede.
Selanjutnya masyarakat Batur ingin membangun kembali Pura Ulun Danu Batur seperti sediakala. Penguasa saat itu kemudian memberikan tempat di daerah Kalanganyar. Disanalah lalu mereka membangun Parahyangan Pura Ulun Danu Batur.
Setelah masa kekacauan berlalu akhirnya keadaan bisa pulih seperti semula. Pada tahun 1935 masehi ( Isaka 1857 ), Pura Ulun Danu Batur selesai dibangun, dilanjutkan dengan segala upacara dan upakara selayaknya pembangunan sebuah Parahyangan untuk pemujaan yang maha kuasa. Pelaksanaan upacaranya dilakukan pada Bulan Purnama di bulan April tahun 1935 ( Isaka 1857 ) dan mulai saat itulah ditetapkan sebagai pujawali di Parhyangan Pura Ulun danu batur sebagai hari ngusaba kadasa berlanjut sampai
hari ini.
Mulai saat itu daerah Kalanganyar disebut dengan Desa Pakraman Batur, demikianlah kisahnya dimasa lalu.
( 1 ) Keberadaan Pura Ulun Danu dan Danau Batur mendapat pengakuan dari UNESCO.
( 2 ) Geopark ( taman bumi ) kaldera Batur dipresentasikan dalam Museum Gunung Api Batur di Penelokan Desa Pakraman Batur dan mendapat pengakuan dari UNESCO.
( 3 ) Jero Gede ( Dalem Sesangglingan ) diakui oleh Dalem Bukutan Bukitan, Dalem Tunon, Dalem Pependeman, Dalem Nambang, dan dalem Tegal Suci.
( 4 ) Merupakan perpaduan budaya Bali dengan budaya Majapahit basaji, basaja, Pahtiga Dwisawa, dan sering disebut manggalaning utama Setimahan.
Berikut beberapa sumber yang mendukung keberadaan Pura ulun danu Batur :
1. Manut Sri Purana Tattwa
2. Buana Mahbah
3. Manut Purana Sri Tattwa Bhakabumi
4. Sapta Kahyangan Jagat Bali Dwipa
5. Raja Purana Pura Ulun Danu Batur
6. babad Batu Kuwub
7. Palinggih Ratu Subandar
8. Sapta Mandala Penataran Agung Pura Besakih
9. Kahyangan sebagai Konsepsi Rwa Bhineda
Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat...
Rahayu...Shanti....Damai....Peace...
Komplek Pura sangat megah dan luas terbagi atas tiga bagian dengan pengaturan taman nan indah. Pada bagian tengah sebelum masuk bagian utama kita disuguhkan pemandangan halaman nan luas dengan taman yang indah. Area utama Pura tidak kalah menariknya dan sangat luas dengan bangunan meru serta pelinggih nan gagah.
Persembahyangan hari itu dipimpin langsung oleh pemangku karena kami menghaturkan pejatian dan penglukatan. Para pemangku di pura ini yang memimpin persembahyangan tergolong sangat muda dan sangat fasih melantunkan doa doa suci. Setelah prosesi ngaturang Pejatian dan mlukat nyuh gading kami pun menuju Meru tumpang pitu / tujuh yang terletak di belakang. Dan prosesi terakhir kami ngaturang sodaan di pelinggih Ratu Subandar kebetulan hari itu ada warga tionghoa yang melakukan persembahyangan juga.
Berikut sekilas sejarah tentang Pura Ulun Danu Batur yang saya baca dari brosur yang saya dapat sambil menunggu pemangku rauh / datang.
Pura Ulun Danu Batur adalah sebuah Pura yang merupakan parhyangan utama dari Bhatari Hyang Dewi Danuh, yang dimuliakan dan dipuja oleh semua umat Hindu Dharma di seluruh Bali beliau distanakan dan dipuja sebagai dewatanya dewa kemakmuran,
gemah ripah loh jinawi yang termanifestasikan pada Bhatara Hyang Tirthamasmapeh yang merupakan inti dari kehidupan
tiga dunia.
Tersebutlah pada masa yang lalu, Pura Ulun Danu Batur terletak di kaki Gunung Batur, tepatnya disebelah barat daya kaki Gunung Batur menghadap gunung dan danau Batur yang dikenal bernama Sinarata.
Ketika pada suatu waktu diantara zaman kali Sangara dan Dwapara Yuga, terjadilah marabahaya yang sangat dahsyat dengan meletusnya Gunung Batur tahun 1926 Masehi ( Isaka 1848 ) yang menghancurkan seluruh wilayah Batur seperti Tampurhyang, Campaga, Sinarata dan yang lainnya. Hal tersebut menyebabkan masyarakat Batur sangat kebingungan dan tidak tau apa yang harus diperbuat. Mereka semua lari meninggalkan tempat untuk menyelematkan diri. Dalam hal ini tidak ketinggalan pula masyarakat di Sinarata mengungsi ke tempat tempat aman dengan membawa semua pratima, pajenengan dan sebagainya. Akhirnya mereka sampai di Desa Bayung Gede, disanalah semua pratima dan pajenengan disimpan dan diselamatkan di Pura Desa Bayung Gede.
Selanjutnya masyarakat Batur ingin membangun kembali Pura Ulun Danu Batur seperti sediakala. Penguasa saat itu kemudian memberikan tempat di daerah Kalanganyar. Disanalah lalu mereka membangun Parahyangan Pura Ulun Danu Batur.
Setelah masa kekacauan berlalu akhirnya keadaan bisa pulih seperti semula. Pada tahun 1935 masehi ( Isaka 1857 ), Pura Ulun Danu Batur selesai dibangun, dilanjutkan dengan segala upacara dan upakara selayaknya pembangunan sebuah Parahyangan untuk pemujaan yang maha kuasa. Pelaksanaan upacaranya dilakukan pada Bulan Purnama di bulan April tahun 1935 ( Isaka 1857 ) dan mulai saat itulah ditetapkan sebagai pujawali di Parhyangan Pura Ulun danu batur sebagai hari ngusaba kadasa berlanjut sampai
hari ini.
Mulai saat itu daerah Kalanganyar disebut dengan Desa Pakraman Batur, demikianlah kisahnya dimasa lalu.
( 1 ) Keberadaan Pura Ulun Danu dan Danau Batur mendapat pengakuan dari UNESCO.
( 2 ) Geopark ( taman bumi ) kaldera Batur dipresentasikan dalam Museum Gunung Api Batur di Penelokan Desa Pakraman Batur dan mendapat pengakuan dari UNESCO.
( 3 ) Jero Gede ( Dalem Sesangglingan ) diakui oleh Dalem Bukutan Bukitan, Dalem Tunon, Dalem Pependeman, Dalem Nambang, dan dalem Tegal Suci.
( 4 ) Merupakan perpaduan budaya Bali dengan budaya Majapahit basaji, basaja, Pahtiga Dwisawa, dan sering disebut manggalaning utama Setimahan.
Berikut beberapa sumber yang mendukung keberadaan Pura ulun danu Batur :
1. Manut Sri Purana Tattwa
2. Buana Mahbah
3. Manut Purana Sri Tattwa Bhakabumi
4. Sapta Kahyangan Jagat Bali Dwipa
5. Raja Purana Pura Ulun Danu Batur
6. babad Batu Kuwub
7. Palinggih Ratu Subandar
8. Sapta Mandala Penataran Agung Pura Besakih
9. Kahyangan sebagai Konsepsi Rwa Bhineda
Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat...
Rahayu...Shanti....Damai....Peace...
Komentar