Cinta, Spiritualitas dan the Beatles
Sampurasun......
"Turn off your mind, Relax and float downstream...." sebuah lirik lagu Tomorrow Never knows, 1966.
Sebagai penggemar the Beatles, memang banyak hal bisa kita pelajari dari keempat orang yang luar biasa ini. The Fab Four ini bahkan mengajari kita banyak hal dari semangat team work sampai hal - hal yang menyentuh spiritualitas.Ada beberapa prestasi yang tidak banyak diketahui dari mereka selain dalam bidang musik yaitu salah satunya secara tidak langsung the Beatles memperluas kesadaran orang - orang Barat akan nilai - nilai agama Timur, yang meliputi Zen Buddhisme, Taoisme dan Hindusime.
Lagu ciptaan George Harrison yang terkenal "While My Guitar Gently Weeps" muncul dalam benaknya ketika ia sedang sangat dipengaruhi oleh I Ching : The Book of Change, yang menyajikan konsep spiritual Timur bahwa sesuatu berkaitan dengan segala sesuatu yang lain.
Ketertarikan George Harrison pada Hindusime selama masa-masa puncak Beatlemania sering kali membawanya ke India dan belajar pada guru-guru dan musisi-musisi ahli. Perhatiannya yang besar pada hinduisme berlagsung hingga akhir hayatnya. Bahkan, pada tahun 1997, George memproduksi salah satu album Ravi Shankar "Chants".
Paul Mc.Cartney merumuskan, dengan mengamati bahwa semua keberhasilan dan semua ekses, "Masih ada satu langkah lagi, yaitu anda harus menemukan makna dari semua itu."
Pencarian The Beatles akan wawasan spiritual atau rohani berlangsung terus-menerus. John Lennon membicarakan soal spiritualitas sejak 1966, "saya percaya kepada tuhan, tetapi bukan sebagai satu hal, dan bukan sebagai seorang lanjut usia yang tinggal di langit. Saya percaya bahwa yang disebut 'Tuhan' adalah sesuatu yang ada di dalam diri kita semua.
Demikian pula pada tahun 1966, George mengambil waktu jeda dari masa Beatlemania untuk menyelidiki kemungkinan- kemungkinan yang dimiliki oleh India. "Saya katakan kepada anda satu hal yang pasti, sekali anda sampai pada tahap anda sungguh-sungguh melakukan sesuatu demi kebenaran, tidak seorang pun bisa mengganggu anda lagi, karena anda bersatu dengan kekuatan yang lebih besar." Dan dia juga sibuk membaca Autobiography of a Yogi, sebuah kisah nyata tentang Paramahansa Yogananda, pemimpin Self Realization Fellowship dan guru Hindu yang termasyhur.
Dalam lirik lagu "Tomorrow Never Knows" album Revolver, John Lennon mengambil beberapa teks dalam buku mistik Tibetan
Book of the Dead. Buku ini merupakan "kitab suci" Buddhisme di Tibet, konsep dalam Buddhisme adalah kehampaan dan bagaimana mencapainya.
Anda mungkin sudah puas dengan keyakinan religius dan spiritual anda sendiri, jika memang demikian-bagus! Tetapi kebijaksanaan empat tokoh yang menakjubkan ( John, Paul, George, Ringo ) menganjurkan untuk menyelidiki segala macam sistem spiritual, disamping menemukan cara yang baru dan mendalam untuk berkomunikasi secara intim dengan diri anda sendiri dan dengan Tuhan. Pada 1938, Mahatma Gandhi menulis, "Tidak akan ada kedamaian yang abadi di Bumi ini kecuali bila kita belajar tidak hanya untuk bertoleransi, melainkan juga untuk menghargai keyakinan - keyakinan lain seperti milik kita sendiri. Studi yang khusyuk atas ajaran guru-guru kemanusiaan lainnya merupakan satu langkah menuju sikap dan tindakan saling menghormati.
Salah satu perubahan yang paling mendalam dan menyeluruh yang dipelopori oleh The Beatles di dunia barat adalah minat yang menggebu-gebu pada teknik meditasi spiritual. Perkenalan mereka dengan Maharishi Mahesh yogi yang telah mengajarkan meditasi transendental. The Beatles mempraktekkan meditasi, menggantikan ekstase yang disebabkan oleh obat-obatan yang mereka pakai dengan ekstase alamiah dan spiritual.
The Beatles menemukan kedamaian yang paling dibutuhkan untuk melanjutkan jalur seni mereka karena kecintaan mereka dengan meditasi, mereka menemukan kedamaian dalam pikiran mereka sendiri, atau lebih tepatnya dengan mengheningkan pikiran mereka. Dalam karya John "Across the Universe" memasukkan mantra pada bagian akhir liriknya yaitu "Jai Guru Dev" atau diartikan saya berterima kasih kepada Guru Dev / Guru Surgawi.
Dalam kenyataanya, Paul masih mempraktekkan meditasitransendental setiap hari. "Saya masih bermeditasi setiap hari, setengah jam di pagi hari dan setengah jam setiap malamnya, dan saya pikir saya menjadi orang yang lebih baik karena hal itu. saya menjadi jauh lebih rileks daripada sebelumnya.Jika setiap orang di dunia mulai bermeditasi, dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih membahagiakan."
Meninggalkan warisan cinta merupakan bagian penting dalam menghayati hidup anda sesuai dengan jalan The Beatles. Mengenai rekaman The Beatles "All you Need Is Love" dalam siaran televisi pertamanya ke seluruh dunia pada tahun 1967. Paul berkata,"Kami telah diberitahu bahwa kami merekam lagu itu, kami akan langsung disaksikan oleh seluruh dunia. Jadi kami punya satu pesan untuk seluruh dunia : Cinta."
John mengatakan : "saya masih percaya pada fakta bahwa hanya cintalah yang kita butuhkan."
George mengatakan "Kami akan menyanyikan 'All You need is love', karena lagu itu merupakan semacam public relations yang lembut untuk Tuhan."
Sumber : buku the Beatles Way, oleh LArry Lange, diterbitkan oleh Gramedia
HATUR NUHUN
"Turn off your mind, Relax and float downstream...." sebuah lirik lagu Tomorrow Never knows, 1966.
Sebagai penggemar the Beatles, memang banyak hal bisa kita pelajari dari keempat orang yang luar biasa ini. The Fab Four ini bahkan mengajari kita banyak hal dari semangat team work sampai hal - hal yang menyentuh spiritualitas.Ada beberapa prestasi yang tidak banyak diketahui dari mereka selain dalam bidang musik yaitu salah satunya secara tidak langsung the Beatles memperluas kesadaran orang - orang Barat akan nilai - nilai agama Timur, yang meliputi Zen Buddhisme, Taoisme dan Hindusime.
Lagu ciptaan George Harrison yang terkenal "While My Guitar Gently Weeps" muncul dalam benaknya ketika ia sedang sangat dipengaruhi oleh I Ching : The Book of Change, yang menyajikan konsep spiritual Timur bahwa sesuatu berkaitan dengan segala sesuatu yang lain.
Ketertarikan George Harrison pada Hindusime selama masa-masa puncak Beatlemania sering kali membawanya ke India dan belajar pada guru-guru dan musisi-musisi ahli. Perhatiannya yang besar pada hinduisme berlagsung hingga akhir hayatnya. Bahkan, pada tahun 1997, George memproduksi salah satu album Ravi Shankar "Chants".
Paul Mc.Cartney merumuskan, dengan mengamati bahwa semua keberhasilan dan semua ekses, "Masih ada satu langkah lagi, yaitu anda harus menemukan makna dari semua itu."
Pencarian The Beatles akan wawasan spiritual atau rohani berlangsung terus-menerus. John Lennon membicarakan soal spiritualitas sejak 1966, "saya percaya kepada tuhan, tetapi bukan sebagai satu hal, dan bukan sebagai seorang lanjut usia yang tinggal di langit. Saya percaya bahwa yang disebut 'Tuhan' adalah sesuatu yang ada di dalam diri kita semua.
Demikian pula pada tahun 1966, George mengambil waktu jeda dari masa Beatlemania untuk menyelidiki kemungkinan- kemungkinan yang dimiliki oleh India. "Saya katakan kepada anda satu hal yang pasti, sekali anda sampai pada tahap anda sungguh-sungguh melakukan sesuatu demi kebenaran, tidak seorang pun bisa mengganggu anda lagi, karena anda bersatu dengan kekuatan yang lebih besar." Dan dia juga sibuk membaca Autobiography of a Yogi, sebuah kisah nyata tentang Paramahansa Yogananda, pemimpin Self Realization Fellowship dan guru Hindu yang termasyhur.
Dalam lirik lagu "Tomorrow Never Knows" album Revolver, John Lennon mengambil beberapa teks dalam buku mistik Tibetan
Book of the Dead. Buku ini merupakan "kitab suci" Buddhisme di Tibet, konsep dalam Buddhisme adalah kehampaan dan bagaimana mencapainya.
Anda mungkin sudah puas dengan keyakinan religius dan spiritual anda sendiri, jika memang demikian-bagus! Tetapi kebijaksanaan empat tokoh yang menakjubkan ( John, Paul, George, Ringo ) menganjurkan untuk menyelidiki segala macam sistem spiritual, disamping menemukan cara yang baru dan mendalam untuk berkomunikasi secara intim dengan diri anda sendiri dan dengan Tuhan. Pada 1938, Mahatma Gandhi menulis, "Tidak akan ada kedamaian yang abadi di Bumi ini kecuali bila kita belajar tidak hanya untuk bertoleransi, melainkan juga untuk menghargai keyakinan - keyakinan lain seperti milik kita sendiri. Studi yang khusyuk atas ajaran guru-guru kemanusiaan lainnya merupakan satu langkah menuju sikap dan tindakan saling menghormati.
Salah satu perubahan yang paling mendalam dan menyeluruh yang dipelopori oleh The Beatles di dunia barat adalah minat yang menggebu-gebu pada teknik meditasi spiritual. Perkenalan mereka dengan Maharishi Mahesh yogi yang telah mengajarkan meditasi transendental. The Beatles mempraktekkan meditasi, menggantikan ekstase yang disebabkan oleh obat-obatan yang mereka pakai dengan ekstase alamiah dan spiritual.
The Beatles menemukan kedamaian yang paling dibutuhkan untuk melanjutkan jalur seni mereka karena kecintaan mereka dengan meditasi, mereka menemukan kedamaian dalam pikiran mereka sendiri, atau lebih tepatnya dengan mengheningkan pikiran mereka. Dalam karya John "Across the Universe" memasukkan mantra pada bagian akhir liriknya yaitu "Jai Guru Dev" atau diartikan saya berterima kasih kepada Guru Dev / Guru Surgawi.
Dalam kenyataanya, Paul masih mempraktekkan meditasitransendental setiap hari. "Saya masih bermeditasi setiap hari, setengah jam di pagi hari dan setengah jam setiap malamnya, dan saya pikir saya menjadi orang yang lebih baik karena hal itu. saya menjadi jauh lebih rileks daripada sebelumnya.Jika setiap orang di dunia mulai bermeditasi, dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih membahagiakan."
Meninggalkan warisan cinta merupakan bagian penting dalam menghayati hidup anda sesuai dengan jalan The Beatles. Mengenai rekaman The Beatles "All you Need Is Love" dalam siaran televisi pertamanya ke seluruh dunia pada tahun 1967. Paul berkata,"Kami telah diberitahu bahwa kami merekam lagu itu, kami akan langsung disaksikan oleh seluruh dunia. Jadi kami punya satu pesan untuk seluruh dunia : Cinta."
John mengatakan : "saya masih percaya pada fakta bahwa hanya cintalah yang kita butuhkan."
George mengatakan "Kami akan menyanyikan 'All You need is love', karena lagu itu merupakan semacam public relations yang lembut untuk Tuhan."
Sumber : buku the Beatles Way, oleh LArry Lange, diterbitkan oleh Gramedia
HATUR NUHUN
Komentar