Pura Silayukti
Sampurasun.....
Perjalanan kali ini menuju Pura Silayukti, kami lalui melewati jalur Bali bagian timur setelah nangkil di pura Ponjok Batu di kabupaten Singaraja. Jalanan hotmix yang jarang dilalui kendaraan besar maupun kecil membuat perjalanan sangat nyaman dilalui. Hamparan lautan yang luas di sisi kiri dan gunung di sisi kanan sangat lengkap dengan hujan gerimis di perjalanan. Setelah melewati perjalanan yang lumayan panjang dengan disuguhi pemandangan alam nan indah akhirnya kami masuk kawasan Padang Bai. Seperti kawasan penyebrangan dan tempat wisata pada umumnya, terlihat selalu ramai terutama wisatawan asing maupun domestik.
Pura yang terletak di Teluk Padang ( kini dikenal dengan Padangbai ) ini identik dengan Mpu Kuturan sebagai seorang tokoh visioner-cemerlang dan arsitek penting konsep desa pakraman, kahyangan tiga serta bangunan suci berbentuk meru. Mpu Kuturan diperkirakan tiba di Bali pada tahun 1001 Masehi dengan tujuan menata kehidupan sosial religius masyarakat Bali. Masalah saat itu kehidupan masyarakat Bali tengah mengalami keguncangan dimana terdapat sekte-sekte keagamaan
di masyarakat dan antar sekte itu ternyata tidak rukun. Raja Bali minta kepada Mpu Kuturan agar menata dan menyatukan masyarakat Bali dengan diangkat sebagai Senapati. Beliau pun melakukan pendekatan kepada masyarakat termasuk kepada para pemimpin sekte-sekte. Rapat besar atau Paruman diadakan di Pejeng ( Pura Samuan Tiga ).
Berkat pendekatan, pemikiran dan usaha yang dilakukan Mpu Kuturan, sekte - sekte dalam masyarakat Bali itu berhasil lebur dan menyatu ( manunggal ).Salah satu hasil paruman waktu itu dicetuskan konsep sosial religius Tri Murti Tatwa yakni Brahma, Wisnu dan Siwa. Untuk memuja sinar suci atau manifestasi Tuhan itu, di tiap desa pakraman didirikan pura Kahyangan tiga. Dan konsep Tri Hita Karana dimana masyarakat Hindu mesti menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan ( parahyangan ), menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama warga ( pawongan ) dan menjaga hubungan yang seimbang dengan alam lingkunagn ( palemahan ).
Bertempat di kawasan bukit yang disebut warga setempat dengan Gunung Luhur dikatakan pernah menjadi pasraman Mpu Kuturan dan merupakan Pura Dang Kahyangan. Upacara Piodalan di pura Silayukti diselenggarakan 6 bulan sekali pada hari Buda,Kliwon Pahang termasuk pura Telaga Mas.
Pura Silayukti hingga tahun 1931 masih berupa satu bangunan suci bebaturan. Baru setelah pemerintahan kolonial Belanda, pelinggih untuk memuja Mpu Kuturan diganti dengan Meru Tumpang Tiga.
Selain itu dibangun juga pelinggih pesimpangan seperti :
1. Pasimpangan Batara Lempuyang Luhur (Iswara)
2. Pasimpangan Batara Pura Dasar Bhuwana Gelgel
3. Pasimpangan Batara di Besakih(Putranjaya / Siwa Mahadewa )
4. Penyawangan ke Pura Lempuyang Madya
5. Pasimpangan Batara di Andakasa
6. Gedong Sthana Batara Mahadewa.
Di dalam kawasan Bukit Silayukti terdapat Pura Tanjung Sari diyakini tempat memohon penganugrahan Mpu Baradah sebelum sembahyang di Pura Silayukti. Terdapat juga pasimpangan palinggih Dewi Kwam In dengan warna dominan merah. Mpu Baradah pernah datang ke Bali sebagai utusan Raja Airlangga untuk bertemu Mpu Kuturan yang menurut beberapa sumber merupakan kakak dari Mpu BAradah sendiri. Kedatangan Mpu Baradah ke Bali dikenang dengan piodalan di Pura Tanjung Sari setiap Buda Kliwon Wuku Matal.
Dan setelah bersembahyang di Pura Tanjungsari atas saran pemangku kami diarahkan ke Pura Telaga Mas yang berada di sisi utara bersebelahan dengan pura Silayukti. Pura ini diyakini sebagai tempat pemandian Mpu Kuturan.
Dan yang terakhir adalah Pura atau Goa Payogan Mpu Kuturan, tempat Mpu Kuturan beryoga semadi. Posisinya di tepi timur tebing terjal komplek pura Silayukti. Oleh pemangku disarankan untuk melaksanakan yoga samadhi saat bulan purnama.Kalau saat bulan purnama dengan berpadu pada pemandangan laut kita melakukan meditasi di tempat ini sungguh sangat menggetarkan spiritual kita. Karena keadaan alam ciptaan tuhan itu demikian mempesona bagi mereka yang memiliki minat spiritual.
Jadi tahapan yang disarankan pemangku disana pertama datang kita sembahyang di Pura Tanjung Sari lanjut ke Pura Telaga Mas dan dilanjutkan Pura Silayukti. Jika punya waktu lebih lama tidak ada salahnya kita sembahyang dan bermeditasi di Pura Goa Payogan.
Setelah melaksanakan persembahyang, kami pun beristirahat sejenak di tempat parkiran dimana hari sudah gelap. Sambil menyantap prasadam dan bekal yang kami bawa sambil menikmati keindahan alam diatas pelabuhan Padangbai yang terang dan sibuk sebagai kawasan transit atau penyebrangan bagi wisatawan asing maupun domestik.
Hatur Nuhun
Sumber : pembkab Karangasem dan berbagai sumber
Perjalanan kali ini menuju Pura Silayukti, kami lalui melewati jalur Bali bagian timur setelah nangkil di pura Ponjok Batu di kabupaten Singaraja. Jalanan hotmix yang jarang dilalui kendaraan besar maupun kecil membuat perjalanan sangat nyaman dilalui. Hamparan lautan yang luas di sisi kiri dan gunung di sisi kanan sangat lengkap dengan hujan gerimis di perjalanan. Setelah melewati perjalanan yang lumayan panjang dengan disuguhi pemandangan alam nan indah akhirnya kami masuk kawasan Padang Bai. Seperti kawasan penyebrangan dan tempat wisata pada umumnya, terlihat selalu ramai terutama wisatawan asing maupun domestik.
Pura Silayukti - Panca Rsi |
di masyarakat dan antar sekte itu ternyata tidak rukun. Raja Bali minta kepada Mpu Kuturan agar menata dan menyatukan masyarakat Bali dengan diangkat sebagai Senapati. Beliau pun melakukan pendekatan kepada masyarakat termasuk kepada para pemimpin sekte-sekte. Rapat besar atau Paruman diadakan di Pejeng ( Pura Samuan Tiga ).
Berkat pendekatan, pemikiran dan usaha yang dilakukan Mpu Kuturan, sekte - sekte dalam masyarakat Bali itu berhasil lebur dan menyatu ( manunggal ).Salah satu hasil paruman waktu itu dicetuskan konsep sosial religius Tri Murti Tatwa yakni Brahma, Wisnu dan Siwa. Untuk memuja sinar suci atau manifestasi Tuhan itu, di tiap desa pakraman didirikan pura Kahyangan tiga. Dan konsep Tri Hita Karana dimana masyarakat Hindu mesti menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan ( parahyangan ), menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama warga ( pawongan ) dan menjaga hubungan yang seimbang dengan alam lingkunagn ( palemahan ).
Bertempat di kawasan bukit yang disebut warga setempat dengan Gunung Luhur dikatakan pernah menjadi pasraman Mpu Kuturan dan merupakan Pura Dang Kahyangan. Upacara Piodalan di pura Silayukti diselenggarakan 6 bulan sekali pada hari Buda,Kliwon Pahang termasuk pura Telaga Mas.
Pura Silayukti hingga tahun 1931 masih berupa satu bangunan suci bebaturan. Baru setelah pemerintahan kolonial Belanda, pelinggih untuk memuja Mpu Kuturan diganti dengan Meru Tumpang Tiga.
Selain itu dibangun juga pelinggih pesimpangan seperti :
1. Pasimpangan Batara Lempuyang Luhur (Iswara)
2. Pasimpangan Batara Pura Dasar Bhuwana Gelgel
3. Pasimpangan Batara di Besakih(Putranjaya / Siwa Mahadewa )
4. Penyawangan ke Pura Lempuyang Madya
5. Pasimpangan Batara di Andakasa
6. Gedong Sthana Batara Mahadewa.
Di dalam kawasan Bukit Silayukti terdapat Pura Tanjung Sari diyakini tempat memohon penganugrahan Mpu Baradah sebelum sembahyang di Pura Silayukti. Terdapat juga pasimpangan palinggih Dewi Kwam In dengan warna dominan merah. Mpu Baradah pernah datang ke Bali sebagai utusan Raja Airlangga untuk bertemu Mpu Kuturan yang menurut beberapa sumber merupakan kakak dari Mpu BAradah sendiri. Kedatangan Mpu Baradah ke Bali dikenang dengan piodalan di Pura Tanjung Sari setiap Buda Kliwon Wuku Matal.
Dan setelah bersembahyang di Pura Tanjungsari atas saran pemangku kami diarahkan ke Pura Telaga Mas yang berada di sisi utara bersebelahan dengan pura Silayukti. Pura ini diyakini sebagai tempat pemandian Mpu Kuturan.
Dan yang terakhir adalah Pura atau Goa Payogan Mpu Kuturan, tempat Mpu Kuturan beryoga semadi. Posisinya di tepi timur tebing terjal komplek pura Silayukti. Oleh pemangku disarankan untuk melaksanakan yoga samadhi saat bulan purnama.Kalau saat bulan purnama dengan berpadu pada pemandangan laut kita melakukan meditasi di tempat ini sungguh sangat menggetarkan spiritual kita. Karena keadaan alam ciptaan tuhan itu demikian mempesona bagi mereka yang memiliki minat spiritual.
Jadi tahapan yang disarankan pemangku disana pertama datang kita sembahyang di Pura Tanjung Sari lanjut ke Pura Telaga Mas dan dilanjutkan Pura Silayukti. Jika punya waktu lebih lama tidak ada salahnya kita sembahyang dan bermeditasi di Pura Goa Payogan.
Setelah melaksanakan persembahyang, kami pun beristirahat sejenak di tempat parkiran dimana hari sudah gelap. Sambil menyantap prasadam dan bekal yang kami bawa sambil menikmati keindahan alam diatas pelabuhan Padangbai yang terang dan sibuk sebagai kawasan transit atau penyebrangan bagi wisatawan asing maupun domestik.
Hatur Nuhun
Sumber : pembkab Karangasem dan berbagai sumber
Komentar