BANDUNG : Menyalakan Api Semangat 60th Konferensi ASIA-AFRIKA
Sampurasun.....
Menjelang peringatan 60th KAA 24 April 2015, kota Bandung semakin semarak terutama wilayah Gedung Merdeka dan sekitarnya. Gedung ini merupakan saksi sejarah para pemimpin ASIA dan AFRIKA meyatukan pendapat mereka.
Di beberapa titik di kota Bandung, saya mendapati umbul - umbul bergambar presiden pertama Republik ini yaitu Ir.Soekarno dengan tulisan "Lahirlah Asia-Afrika Baru".
Konferensi ASIA AFRIKA ini tidak lepas dari peran Presiden Pertama RI dan istimewa nya lagi kegiatan ini diadakan di Bandung, Jawa Barat Indonesia. Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam DASASILA BANDUNG, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia".
Saya jadi teringat kembali isi dari pidato beliau di depan sidang PBB tahun 1960 tepat setelah 5 tahun Konferensi ASIA AFRIKA pertama digelar. Judul pidato beliau " to build the world anew" atau membangun dunia kembali yang disampaikan dengan tegas penuh semangat.
Lima tahun setelah pelaksanaan konferensi Asia-Afrika yang pertama di tahun 1955, hasilnya dijadikan dasar kekuatan untuk menciptakan dunia baru yang lebih baik.
Menyikapi semakin menajamnya era Perang Dingin yang berpengaruh pada negara - negara baru merdeka di benua ASIA dan AFRIKA dan harus segera mengambil sikap/tindakan tegas.
Beliau menawarkan konsep / dasar untuk dipakai PERSERIKATAN BANGSA - BANGSA untuk menata kembali dunia yang baru, beliau menjelaskan pentingnya Panca Sila sebagai dasar pijakan PBB karena berlaku Universal jauh diatas ideologi yang dianut Blok Barat atau Timur dan menentang segala bentuk kolonialisme dan imperelaisme.
Sekilas saya ambil sedikit bagian dari pidato tersebut sebagai berikut :
"Sesuatu" itu kami namakan "Panca Sila". Ya, "Panca Sila" atau Lima Sendi negara kami. Lima Sendi itu tidaklah langsung berpangkal pada Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence. Memang, gagasan - gagasan dan cita - cita itu, mungkin sudah ada sejak berabad - abad telah terkandung dalam bangsa kami. Dan memang tidak mengherankan bahwa faham - faham mengenai kekuatan yang besardan kejantanan itu telah timbul dalam bangsa kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad - abad kejayaan bangsa, sebelum imperalisme menenggelamkan kami pada suatu saat kelemahan nasional.
Terus poin yang lain dalam text sebagai berikut :
"Akan tetapi saya sungguh - sungguh percaya bahwa Panca Sila mengandung lebih banyak daripada arti nasional saja. Panca Sila mempunyai arti universal dan dapat digunakan secara internasional".
"Sebagian besar dari dunia telah terbagi menjadi golongan yang menerima gagasan dan prinsip - prinsip Declaration of American Independence dan golongan yang menerima gagasan dan prinsip-prinsip Manifesto Komunis. Mereka yang menerima gagasan yang satu menolak gagasan yang lain, dan terdapatlah bentrokan atas dasar ideologis maupun praktis. Kita semuanya terancam oleh bentrokan ini dan kita merasa khawatir karena bentrokan ini. Apakah tidak ada sesuatu tindakan yang dapat diambil terhadap ancaman ini? Apakah hal ini harus berlangsung terus dari generasi ke generasi, dengan kemungkinan pada akhirnya akan meletus menjadi lautan api yang akan menelan kita semuanya? Apakah tidak ada suatu jalan keluar? Jalan keluar harus ada. Jika tidak ada, maka semua musyawarah kita, semua harapan kita, semua perjuangan kita akan sia - sia belaka."
"Kami bangsa Indonesia tidak bersedia bertopang dagu, sedangkan dunia menuju ke jurang keruntuhanya. Kami tidak bersedia bahwa fajar cerah dari kemerdekaan kami diliputi oleh awan radioaktif.Saya percaya, bahwa ada jalan keluar daripada konfrontasi ideologi-ideologi ini. Saya percaya jalan keluar itu terletak pada dipakainya Panca Sila secara universal!"
Poin yang menyinggung Keberhasilan Konferensi Asia-Afrika pertama ( 1955 ) di Bandung :
"Seperti tuan - tuan ketahui, belum begitu lama berselang, wakil - wakil dari dua puluh sembilan bangsa - bangsa dari Asia dan Afrika berkumpul di Bandung. Pemimpin - pemimpin bangsa - bangsa ini bukan pemimpin pengelamun yang tidak praktis. Jauh dari itu! Mereka adalah pemimpin - pemimpin yang keras dan realistis dari rakyat dan bangsa-bangsa, sebagian besar diantara mereka lulus dari perjuangan kemerdekaan nasional, semuanya mengetahui benar akan relitas-realitas dari pada kehidupan serta kepemimpinan baik politik maupun internasional. Mereka mempunyai pandangan politik yang berbeda-beda, dari ekstrim kanan sampai ekstrim kiri. Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan dengan cara-cara musyawarah".
"Konferensi itu menghasilkan komunike yang dibuat dengan suara bulat, komunike yang merupakan salah satu yang terpenting dalam windu ini atau mungkin salah satu dokumen yang terpenting dalam sejarah".
Closing pidato, sebagai berikut :
"Bangunlah dunia ini kembali! Bangunlah dunia ini kokoh dan kuat dan sehat! Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam dunia damai dan persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan cita-cita umat manusia. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau, karena fajar sedang menyingsing. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau, sehingga kita bisa
mempertanggungjawabkan diri terhadap masa depan".
Nah, tahun 2015 genap sudah 60th Konferensi Asia-Afrika sejak pertama kali digelar dan hasilnya disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia untuk menyadarkan dua kekuatan besar yang berselisih untuk berjalan bersama dengan negara - negara di benua Asia-Afrika membangun dunia kembali kearah yang lebih baik.
Memang dunia telah banyak berubah semenjak 60th silam dan 55th pidato presiden RI di depan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk perdamaian dunia yang dicita - citakan. Kembali pertanyaan kedalam diri, sudahkah kita merdeka sepenuhnya? Apakah penjajahan di dunia modern ini telah beregenari atau berevolusi menjadi bentuk yang sangat halus dalam bidang informasi dan teknologi? Seberapa kuatkah kita mengenal jatidiri kita sehingga apapun bentuk penjajahan dapat kita tahan?
Mari kita renungkan bersama untuk dunia yang lebih baik bagi penerus kita.......
Bahan : berbagai sumber
Hatur Nuhun
Komentar