Indonesia Harus Kembali Ke Akar Budayanya

Sampurasun,
Banyak ahli yang memprediksi kejayaan Indonesia di masa mendatang, salah satunya GoldmanSach, mengatakan tahun 2050 Indonesia menjadi Negara maju no. 7 di dunia setelah China, USA, India, Brazil, Mexico dan Rusia. Prediksi ini cocok dengan yang dikatakan Sang Prabu Jayabaya bahwa di tahun 2000 Saka ( 2078 M ) Nusantara menjadi negara Adidaya. Tahap demi tahap dari tahun 2050 - 2078 posisi Indonesia meningkat dari no. 7 menjadi no.1.
Syarat mutlak untuk menjadi Negara Adidaya adalah kembali ke akar budaya atau jati diri dan kita dituntut untuk memelihara dan mengembangkan budaya bangsa. 

Stephen Oppenheimer, peneliti dari Oxford, di dalam bukunya "Eden in the East" ( oktober 2010 ) menyebutkan bahwa asal mula peradaban berasal dari Indonesia yang dahulu disebut Sundaland. Ketika es mencair sebelas ribu tahun yang lalu permukaan air laut naik hingga 150 meter yang menenggelamkan Sundaland menjadi 17 ribuan pulau seperti sekarang ini. Penduduk menyebar ke Hindia, Mesopotamia,kepulauan Pasifik, Cina, Jepang,Amerika Selatan,sambil menyebarkan peradaban.

Johanda Nichols, ahli rekontruksi linguistik menyebutkan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sebagai pusat penyebaran bahasa - bahasa dunia, setelah akhir zaman es.
Masih banyak lagi peneliti dunia yang memperkuat teori diatas, seperti Arysio Nunes Dos Santos, Anthony Reid, Peter Belwood & Alexander Adelaar.

Pada Abad II, para penulis Yunani ( strabo, Plinius dan Ptolemaus ) telah menceritakan tentang wilayah berdaulat di timur Hindia dengan sebutan Labadiou, yang maksudnya Jawadwipa. Masih di abad itu,Maharshi Valmiki dalam Ramayana mengisahkan perintah Sri Rama kepada Hanoman untuk menjelajahi tanah Jawa dalam mencari Dewi Shinta yang diculik Rahwana : "Yatna vanto Yavadwipam,....."

Abad V, Aryabhata dari Hindia dalam tulisannya juga menyebut Yawa ( Jawa ). Abad VI,Suryasiddanta, juga dari Hindia, mengagumi Yawakoti ( Jawa dan Kutai ) yang memiliki pintu gerbang terbuat dari emas.
Abad VII, Hwui Ning, pendeta Cina, berguru pada Empu Jnanabadra di Jawa Tengah. Masih di abad itu, perpustakaan Yunani Kuno menceritakan Siti Fatimah, puteri Muhammad, merasa gundah dan terusik mendengar ada kerajaan Kalingga ( di Jepara, Jawa Tengah ), yang dipimpin seorang perempuan yang terkenal di dunia, Kanjeng Ratu Shima. Mereka mengirimkan pasukan untuk menyerang Jawa tapi gagal total.

Dari beberapa tulisan dan temuan diatas, dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia dahulu kala adalah penyebar peradaban, yang kemudian menjadi cikal bakal kemajuan bangsa - bangsa di dunia.Prof.Dr. I wayan Merta Suteja telah meneliti hubungan budaya Jawa dengan budaya Indian Maya di Amerika selatan berdasarkan adanya kembaran candi Sukuh ( Jawa Tengah ) di Mexico. Penelitiannya membuktikan jauh sebelum Hindu datang ke Jawa, peradaban Jawa sudah dikenal di banyak penjuru dunia. Akhirnya penelitian beliau baru sampai pada pendapat perlunya ada tinjauan mendalam tentang religi, spiritualisme dan filsafat Jawa yang menjadikan bangsa - bangsa lain migrasi ke Jawa.

Peradaban dibangun oleh kepercayaan yang dianut oleh setiap suku bangsa, yang pasti sudah dimulai ribuan hingga puluhan ribu tahun yang lalu. Ketika Hindu datang, terjadilah perkawinan antara kepercayaan lokal dengan agama Hindu, yang menjadi Hindu Jawa, Hindu Sunda ( Sunda Kawitan ), Hindu Bali, Hindu Bugis ( toraja ), dstnya yang pada gilirannya mengakar membentuk Budaya masing - masing daerah, yang kemudian dideklarasikan oleh Mpu Tantular ( th 1365 ) sebagai : "Bhinneka Tunggal Ika".

Jadi ketika Hindu datang ke pulau Jawa, bukan masuk ke ruang hampa, tetapi ruang yang sudah sarat dengan nilai - nilai berkeTuhanan. Istilah Manunggaling Kawula GustiSangkan Paran ( dari mana asal ke sana juga tujuan ), Pamudaran ( lepas dari segala ikatan ), Tumimbal Lahir dan Nitissebagai contoh filsafat Jawa Kuno yang ternyata memiliki makna yang sama di dalam Tattva ( Tatwa ) sebagai filosofi Hindu. Gotong Royong adalah etika luhur khas Jawa yang sudah ada sejak dahulu kala. Bahkan upacara ( peringatan ) 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 hari bagi yang telah meninggal dunia adalah tradisi Jawa kuno.

Seandainya kerajaan Majapahit tidak runtuh, maka Indonesia yang dahulu bernama Nusantara adalah negara super power bukan Amerika. Kenapa demikian ,sebab pada abad ke 15 saat Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan besar yang berpengaruh hingga ke Madagaskar, Muang Thai, birma, Kamboja, Papua Nugini, Philipina,dsb dan pada saat itu Amerika masih berupa semak belukar.

Memang tidak dijelaskan mengapa Majapahit bisa menjadi demikian besar? Apakah semata - mata karena penaklukan dengan kekuatan bersenjata? Atau ada nilai - nilai budaya dan agama yang menjadi faktor kejayaanya? Kita tahu pada zaman kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia, dibangun monumen terkenal seperti Candi Prambanan, dan Borobudur. Pada zaman ini juga filsafat berkembang dengan baik. Ideologi yang mengajarkan kemajemukan seperti tercantum dalam sasanti"Bhineka Tunggal Ika,tan hana dharma mangrwa" juga lahir pada masa ini. Kedudukan perempuan mencapai tempat tertinggi. Ingatlah dengan Ratu Sima dan Tribhuana Tungga Dewi.

Pohon bisa tumbuh besar, dan kuat menghadapi badai adalah yang akarnya tertanam jauh di dalam tanah. Bukan pohon hasil cangkokan atau tempelan. Dan pohon yang tumbuh dalam habitatnya akan menghasilkan buah yang baik. Jika Indonesia ingin maju maka ia harus kembali ke akar budayanya.
sumber : majalah Media Hindu ed.92, Oktober 2011,tulisan bpk Yogi Hardjo alumni ITB,mantan pejabat di PU dan Depnakertrans, bpk Ngakan Putu Putra

Hatur Nuhun

Komentar

Postingan Populer