Adu Kiat Sun Tzu dan Sri Krishna
"Zaman telah berubah. Para eksekutif bisnis kini meninggalkan ajaran seni perang Sun Tzu dan beralih mengikuti petunjuk Bhagawad Gita yang penuh kedamaian"
dan "Era ketika Gordon Gekko, tokoh film Wall Street keluaran 1987, dengan bangga mengutip Sun Tzu telah pudar. Bhagawad Gita mulai menggeser posisi The Art of War sebagai referensi manajemen"
Kedua tulisan diatas adalah kutipan dari majalah business week edisi Indonesia, 15-22 November 2006.
Sun Tzu mewakili manusia primordial, dimana satu-satunya hukum yang berlaku adalah "Fight or Flight", melawan untuk keluar sebagai pemenang atau takut dan melarikan diri dari medan perang ( menghindari peperangan ) atau yang kita kenal dengan hukum rimba yang lebih cocok bagi manusia purba,manusia zaman batu. Sun Tzu adalah nabi mereka yang percaya bahwa kekerasan hanya dapat dilawan dengan kekerasan atau kekerasan harus dihadapi dengan kekerasan.Adalah kecelakaan bagi umat manusia, bagi manusia modern, bagi Orang Indonesia yang belakangan ini lebih menggemari kebijakan Sun Tzu dalam hal bermanajemen, daripada mencari referensi dari khazanah budaya sendiri.
Sri Krishna dan Bhagawad Gita berasal dari budaya kita sendiri, dari Budaya Nusantara yang menjadi bagian dari Peradaban Sindhu ( daerah yang subur sejajar dengan deretan pegunungan Himalaya, dari India sampai kepulauan Nusantara diantara dua benua besar Chin ( Cina ) dan Astralaaya ( Australia ) dan dibalik pegunungan adalah daerah2 padang pasir yang dihuni oleh suku2 pemakan daging karena jarang dijumpai pepohonan ). Peradaban ini oleh sejarawan Arab disebut Hindu, oleh Barat disebut Indo,Indies,Hindia,India,Indo, dan sebagainya.Kita tidak sedang berbicara tentang apa yang sekarang disebut "Agama Hindu". Kita sedang berbicara tentang Budaya Indo,tentang nilai-nilai luhur yang terdapat dalam kearifan lokal kita sendiri, BUDAYA KITA SENDIRI.Sun Tzu adalah masa lalu manusia. Krishna adalah masa kini dan masa depannya. Sun Tzu masih terjebak dalam kegelapan pikirannya sendiri. Sun Tzu adalah anak tangga pertama dalam kehidupan manusia. Karena itu, jangan membenci dia, tetapi juga jangan terikat padanya. Keterikatan kita akan membuat kita berhenti pada anak tangga tersebut, tidak maju-maju.Krishna adalah perjalanan dan pendakian kita saat ini. Krishna adalah anak-anak tangga yang tengah kita tapaki dan akan kita lewati.Kita pernah menjadi besar bukan karena Sun Tzu. Kita pun pernah menjadi pusat perekonomian dunia. Ketika rempah-rempah dihargai lebih tinggi daripada logam mulai, kita menjadi negara pengekspor utama di seluruh dunia. Kita menjadi besar karena nilai-nilai luhur kebudayaan kita, kearifan lokal kita. Lontar-lontar yang masih tersisa adalah bukti nyata akan kemegahan dan kebesaran kita di masa silam. Bukan saja kemegahan dan kebesaran materi, tetapi juga rohani,nilai-nilai yang telah menjadi fondasi bagi bangsa dan negara kita tercinta. Nilai-nilai yang tidak bisa tidak mengantar kita pada puncak kemegahan baru di masa mendatang.
ADU KIAT SUN TZU dan KRISHNA
Dari majalah yang sama dibuat perbandingan ide-ide terbaik sun Tzu dan Krishna yang saling bertentangan, sebagai berikut :
1. TENTANG INSENTIF FINANSIAL
a. Sun Tzu : Rakus itu baik,agar termotivasi, pasukan harus melihat adanya "keuntungan jika berhasil mengalahkan musuh". Bagilah hasil rampasan dengan rekan sejawat dan anak buah. Berikan bagian dari daerah jajahan kepada mereka.
b. Krishna : Rakus itu buruk, "Jangan pernah melakukan sesuatu hanya karena imbalan,"tutur Krishna. Tindakan yang dilakukan hanya demi hasrat duniawi akan berujung kegagalan. Lakukan sesuatu dengan baik. Dengan demikian, hal-hal yang baik akan menjadi kenyataan.
2. TENTANG MENGELOLA BAWAHAN
a. Sun Tzu : BERSIKAPLAH KERAS. Sun Tzu menuntut "disiplin tangan besi" jika Anda memanjakan anak buah dengan bersikap terlalu baik dan tidak mempertahankan otoritas, mereka "tak akan berguna dalam mencapai tujuan praktis apa pun".
b. Krishna : BERSIKAP ADIL. Pemimpin yang toleran dan berwawasan sejatinya penuh belas kasih dan tidak egois. Mereka "memperlakukan semua orang dengan setara".
3. TENTANG INISIATIF
a. Sun Tzu : HANYA MENYERANG JIKA MUNGKIN MENANG. Yang lebih baik lagi, bermanuver untuk menang tanpa bertanding. Jika peluangnya buruk, mundur dan tunggu peluang lain.
b. Krishna : BERAKSI DAN BUKANNYA BEREAKSI. Aksi seorang pemimipin saat ini dapat menjadi "karma" yang mempengaruhi statusnya pada masa mendatang. Para pemimpin mencapai "kesempurnaan dengan beraksi,"tutur Krishna.
4. TENTANG TUJUAN AKHIR
a. Sun Tzu : TAKLUKKAN MUSUH. Perang adalah fakta penting dalam kehidupan yang "tak dapat diabaikan oleh penguasa yang bertanggungjawab". Menang menuntut taktik pintar dan dalam beberapa kasus, tipu muslihat.
b. Krishna : TEMUKAN KESADARAN YANG LEBIH TINGGI. Para pemimpin mesti memandang masalah dalam konteks yang lebih besar. Tunjukkan sensivitas pada banyak pemangku kepentingan, termasuk pemegang saham, pegawai, mitra, dan masyarakat.
Namaste
sumber : The Bhagawad Gita and Effective Leadership karya Pujan Roka dan The Art of War sebagaimana diterjemahkan Lional Gates. Diambil dari BusinessWeek, 20-27 Desember 2006-3 Januari 2007 dan The Gita of management by Anand Krishna terbitan Gramedia
dan "Era ketika Gordon Gekko, tokoh film Wall Street keluaran 1987, dengan bangga mengutip Sun Tzu telah pudar. Bhagawad Gita mulai menggeser posisi The Art of War sebagai referensi manajemen"
Kedua tulisan diatas adalah kutipan dari majalah business week edisi Indonesia, 15-22 November 2006.
Sun Tzu mewakili manusia primordial, dimana satu-satunya hukum yang berlaku adalah "Fight or Flight", melawan untuk keluar sebagai pemenang atau takut dan melarikan diri dari medan perang ( menghindari peperangan ) atau yang kita kenal dengan hukum rimba yang lebih cocok bagi manusia purba,manusia zaman batu. Sun Tzu adalah nabi mereka yang percaya bahwa kekerasan hanya dapat dilawan dengan kekerasan atau kekerasan harus dihadapi dengan kekerasan.Adalah kecelakaan bagi umat manusia, bagi manusia modern, bagi Orang Indonesia yang belakangan ini lebih menggemari kebijakan Sun Tzu dalam hal bermanajemen, daripada mencari referensi dari khazanah budaya sendiri.
Sri Krishna dan Bhagawad Gita berasal dari budaya kita sendiri, dari Budaya Nusantara yang menjadi bagian dari Peradaban Sindhu ( daerah yang subur sejajar dengan deretan pegunungan Himalaya, dari India sampai kepulauan Nusantara diantara dua benua besar Chin ( Cina ) dan Astralaaya ( Australia ) dan dibalik pegunungan adalah daerah2 padang pasir yang dihuni oleh suku2 pemakan daging karena jarang dijumpai pepohonan ). Peradaban ini oleh sejarawan Arab disebut Hindu, oleh Barat disebut Indo,Indies,Hindia,India,Indo, dan sebagainya.Kita tidak sedang berbicara tentang apa yang sekarang disebut "Agama Hindu". Kita sedang berbicara tentang Budaya Indo,tentang nilai-nilai luhur yang terdapat dalam kearifan lokal kita sendiri, BUDAYA KITA SENDIRI.Sun Tzu adalah masa lalu manusia. Krishna adalah masa kini dan masa depannya. Sun Tzu masih terjebak dalam kegelapan pikirannya sendiri. Sun Tzu adalah anak tangga pertama dalam kehidupan manusia. Karena itu, jangan membenci dia, tetapi juga jangan terikat padanya. Keterikatan kita akan membuat kita berhenti pada anak tangga tersebut, tidak maju-maju.Krishna adalah perjalanan dan pendakian kita saat ini. Krishna adalah anak-anak tangga yang tengah kita tapaki dan akan kita lewati.Kita pernah menjadi besar bukan karena Sun Tzu. Kita pun pernah menjadi pusat perekonomian dunia. Ketika rempah-rempah dihargai lebih tinggi daripada logam mulai, kita menjadi negara pengekspor utama di seluruh dunia. Kita menjadi besar karena nilai-nilai luhur kebudayaan kita, kearifan lokal kita. Lontar-lontar yang masih tersisa adalah bukti nyata akan kemegahan dan kebesaran kita di masa silam. Bukan saja kemegahan dan kebesaran materi, tetapi juga rohani,nilai-nilai yang telah menjadi fondasi bagi bangsa dan negara kita tercinta. Nilai-nilai yang tidak bisa tidak mengantar kita pada puncak kemegahan baru di masa mendatang.
ADU KIAT SUN TZU dan KRISHNA
Dari majalah yang sama dibuat perbandingan ide-ide terbaik sun Tzu dan Krishna yang saling bertentangan, sebagai berikut :
1. TENTANG INSENTIF FINANSIAL
a. Sun Tzu : Rakus itu baik,agar termotivasi, pasukan harus melihat adanya "keuntungan jika berhasil mengalahkan musuh". Bagilah hasil rampasan dengan rekan sejawat dan anak buah. Berikan bagian dari daerah jajahan kepada mereka.
b. Krishna : Rakus itu buruk, "Jangan pernah melakukan sesuatu hanya karena imbalan,"tutur Krishna. Tindakan yang dilakukan hanya demi hasrat duniawi akan berujung kegagalan. Lakukan sesuatu dengan baik. Dengan demikian, hal-hal yang baik akan menjadi kenyataan.
2. TENTANG MENGELOLA BAWAHAN
a. Sun Tzu : BERSIKAPLAH KERAS. Sun Tzu menuntut "disiplin tangan besi" jika Anda memanjakan anak buah dengan bersikap terlalu baik dan tidak mempertahankan otoritas, mereka "tak akan berguna dalam mencapai tujuan praktis apa pun".
b. Krishna : BERSIKAP ADIL. Pemimpin yang toleran dan berwawasan sejatinya penuh belas kasih dan tidak egois. Mereka "memperlakukan semua orang dengan setara".
3. TENTANG INISIATIF
a. Sun Tzu : HANYA MENYERANG JIKA MUNGKIN MENANG. Yang lebih baik lagi, bermanuver untuk menang tanpa bertanding. Jika peluangnya buruk, mundur dan tunggu peluang lain.
b. Krishna : BERAKSI DAN BUKANNYA BEREAKSI. Aksi seorang pemimipin saat ini dapat menjadi "karma" yang mempengaruhi statusnya pada masa mendatang. Para pemimpin mencapai "kesempurnaan dengan beraksi,"tutur Krishna.
4. TENTANG TUJUAN AKHIR
a. Sun Tzu : TAKLUKKAN MUSUH. Perang adalah fakta penting dalam kehidupan yang "tak dapat diabaikan oleh penguasa yang bertanggungjawab". Menang menuntut taktik pintar dan dalam beberapa kasus, tipu muslihat.
b. Krishna : TEMUKAN KESADARAN YANG LEBIH TINGGI. Para pemimpin mesti memandang masalah dalam konteks yang lebih besar. Tunjukkan sensivitas pada banyak pemangku kepentingan, termasuk pemegang saham, pegawai, mitra, dan masyarakat.
Namaste
sumber : The Bhagawad Gita and Effective Leadership karya Pujan Roka dan The Art of War sebagaimana diterjemahkan Lional Gates. Diambil dari BusinessWeek, 20-27 Desember 2006-3 Januari 2007 dan The Gita of management by Anand Krishna terbitan Gramedia
Komentar