Bung Karno dan Bhagawadgita
Sampurasun.....
Seperti kita ketahui Ir.Soekarno atau lebih dikenal dengan Bung Karno sangat akrab dengan dunia pewayangan yang sarat dengan filosofi kehidupan. Dalam pidato - pidatonya beliau sering mengutip beberapa kisah dalam dunia pewayangan baik Ramayana maupun Mahabaratha. Dalam ithiasa Mahabaratha termuat percakapan antara Sri Krishna ( Awatara Dewa Wisnu ) sebagai kusir kereta Arjuna dalam perang di Kuruksetra dengan Arjuna sebagai panglima pasukan Pandawa. Bhagawadgita atau naynyian Dewata sangat banyak mengilhami semua orang yang mau membaca nya. Penerapannya tidak lekang oleh zaman dan masih berlaku dari era -ke era maupun zaman ke zaman tidak pernah berubah. Berikut adalah teks yang diambil dari Bhagawadgita dalam salah satu pidatonya. Dalam pidato pembelaannya di depan pengadilan kolonial Belanda pada tahun 1929/1930 Bung Karno mengutip BagawadGita sloka 23, 24 dan 25 sbb:
"Weapon do not cut This,
Fire does not burn This,
Water does not wet This, Wind does not dry This.
Indeed : It is uncleavable
It is non-inflameable
It is unwetable and undryable also!
Everlasting, all-pervading, stable, immobile,
It is Eternal.
The Soul and The Spirit "
Bung Karno menerjemahkan sloka diatas sbb :
"Ketahuilah! Senjata tiada menyinggung hidup,
Api tiada membakar, tiada air membasahi,
Tiada angus oleh angin yang panas, Tiada tertembusi, tiada terserang, tiada terpijak.
Dan merdeka, kekal-abadi, dimana-mana tetap tegak.
Tiada nampak, terucapkan tiada.
Tiada terangkum oleh kata, dan pikiran.
Senantiasa pribadi tetap! Begitulah disebut Jiwa."
(Bung Karno dalam "KEPADA BANGSAKU" tahun 1948)
Setelah diucapkan di depan hakim kolonial di Bandung, sloka di atas sering diulang-ulang lagi dalam revolusi fisik untuk menggelorakan Jiwa dan semangat perjuangan melawan kekejaman dan ketidak-adilan. Sangat menarik, bahwa sloka di atas diangkat kembali oleh Dr H Roeslan Abdulgani dalam tulisannya di Harian Rakyat Merdeka tanggal 23 April 1999 yang dikaitkan dengan makna tahun baru Hijrah (Islam) dan Suro (Jawa). Kita kutip pernyataan tokoh nasional dan intelektual ini sbb :
"Kinipun Jiwa itu secara aktif dibangkitkan kembali oleh para pemimpin dan rakyat kita yang peduli untuk mengatasi krisis multi-dimensional sekarang. Jalan ini merupakan jalan moral dan etika yang religius-Tuhaniyah. Ia diarahkan ke alam bathin kita sendiri. Ke arah mawas diri sebagai langkah pertama ke arah self-koreksi yang sangat diperlukan dalam melaksanakan Reformasi sekarang. Dalam persepsi kita, maka Baghawad Gita adalah suatu allegori. Suatu tamsil serta ibarat yang falsafati sangat mendalam dan luas sekali. Sangat religius dan penuh mistik".
NP. Putra.fr.http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/605.htm
Semoga bermanfaat.....jangan lupa baca terus BhagawadGita.....
Hatur Nuhun
Komentar